Peran Jenis atau Gender
Saat
lahir, bayi sudah memiliki suatu kelamin,tetapi belum memiliki peran jenis.
Pada saat itu, jenis kelamin biologis seseorang ditetapkan berdasarkan
pandangan anatomis fisik. Secara budaya ini menjadi akar dari pengalaman,
perasaan dan perilaku. Pengaitan yang
dilakukan oleh orang dewasa dengan cara pembedaan biologis kelak
memberi peran jenis pada si bayi. Secara biologis, laki-laki dan perempuan
memiliki organ dan hormon kelamin yang berbeda, juga perbedaan dalam besar dan
tinggi rata-rata.
Istilah
sex role dan gender role sering digunakan
secara tertukar. Menurut Richmond
(1992) kedua istilah itu
sebenarnya masing-masing memiliki arti yang berbeda. Istilah sex
roles memiliki
arti perilaku yang ditentukan oleh jenis kelamin biologis seperti: menstruasi,
ereksi dan ejakulasi. Berbeda denagn istilah gender roles, sepenuhnya
dibentuk secara sosial terhadap peran
maskulin dan feminin yang diharapkan ada
pada individu.
Dari perbandingan di atas sudah jelas antara perbedaan peran laki-laki atau perempuan. Lamke
(dalam Nainggolan,2002) lebih lanjut menjelaskan bahwa peran jenis adalah
sifat stereotip yang dimiliki oleh manusia berupa sifat feminin dan maskulin.
Sifat ini dimiliki oleh individu semenjak masih kecil sampai usia lanjut, hanya
saja penampilannya berbeda-beda. Pada anak-anak peran jenis memang belum nampak
karena peran jenis kelihatan dari perilaku sehari-hari berupa sifat kewanitaan
atau feminitas (misalnya mudah merasa iba, ingin menolong orang lain) dan sifat
maskulin (misalnya dominan, agresif, asertif dan independen. Adapun sifit-sifat
ini belum dapat dihayati oleh anak-anak. Memasuki
masa remaja proses perkembangan yang berkaitan dengan terjadinya kemasakan
seksualitas akan membawa akibat terhadap perubahan dalam perkembangan sosialnya.
Hal ini disebabkan pada masa remaja terutama remaja tengah
sedang mengalami banyak perubahan. Sejalan
dengan hal tersebut, ada tugas perkembangan yang harus diselesaikan,
yaitu menerima keadaan fisik dan menjalankan peran sosial sesuai dengan jenis
kelaminnya. Ini berarti remaja dituntut untuk memiliki peran jenis yang jelas
dan berperilaku sesuai dengan harapan masyarakat.
Peran
jenis remaja terbentuk melalui identifikasi terhadap peran jenis yang
ditunjukkan oleh ayah dan ibunya. Remaja laki-laki yang mengidentifikasi
ayahnya yang maskulin akan menjadi maskulin, begitu juga dengan remaja
perempuan jika mengidentifikasi ibunya yang feminin, maka akan menjadi feminin.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Smart dan Smart (1972) yang menyatakan bahwa
semakin kuat remaja mengidentifikasi pada diri ayah, maka anak akan semakin
maskulin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar