Senin, 20 Juni 2016

Berperilaku sesuai dengan peran sebagai Laki-laki atau Perempuan

                                                               Peran Jenis atau Gender 

Saat lahir, bayi sudah memiliki suatu kelamin,tetapi belum memiliki peran jenis. Pada saat itu, jenis kelamin biologis seseorang ditetapkan berdasarkan pandangan anatomis fisik. Secara budaya ini menjadi akar dari pengalaman,  perasaan  dan  perilaku.  Pengaitan  yang  dilakukan  oleh  orang dewasa dengan cara pembedaan biologis kelak memberi peran jenis pada si bayi. Secara biologis, laki-laki dan perempuan memiliki organ dan hormon kelamin yang berbeda, juga perbedaan dalam besar dan tinggi rata-rata.
Istilah  sex  role  dan  gender  role  sering  digunakan  secara  tertukar. Menurut   Richmond   (1992)   kedua   istilah   itu   sebenarnya   masing-masing memiliki arti yang berbeda. Istilah sex roles memiliki arti perilaku yang ditentukan oleh jenis kelamin biologis seperti: menstruasi, ereksi dan ejakulasi. Berbeda  denagn  istilah  gender  roles,  sepenuhnya  dibentuk  secara  sosial terhadap  peran  maskulin  dan  feminin  yang  diharapkan  ada  pada  individu.
 Dari perbandingan di atas sudah jelas antara perbedaan peran laki-laki atau perempuan. Lamke (dalam Nainggolan,2002)  lebih lanjut menjelaskan bahwa peran jenis adalah sifat stereotip yang dimiliki oleh manusia berupa sifat feminin dan maskulin. Sifat ini dimiliki oleh individu semenjak masih kecil sampai usia lanjut, hanya saja penampilannya berbeda-beda. Pada anak-anak peran jenis memang belum nampak karena peran jenis kelihatan dari perilaku sehari-hari berupa sifat kewanitaan atau feminitas (misalnya mudah merasa iba, ingin menolong orang lain) dan sifat maskulin (misalnya dominan, agresif, asertif dan independen. Adapun sifit-sifat ini belum dapat dihayati oleh anak-anak. Memasuki masa remaja proses perkembangan yang berkaitan dengan terjadinya kemasakan seksualitas akan membawa akibat terhadap perubahan dalam perkembangan sosialnya. Hal ini disebabkan pada masa remaja terutama remaja  tengah  sedang  mengalami  banyak  perubahan.  Sejalan  dengan  hal tersebut, ada tugas perkembangan yang harus diselesaikan, yaitu menerima keadaan fisik dan menjalankan peran sosial sesuai dengan jenis kelaminnya. Ini berarti remaja dituntut untuk memiliki peran jenis yang jelas dan berperilaku sesuai dengan harapan masyarakat.

Peran jenis remaja terbentuk melalui identifikasi terhadap peran jenis yang ditunjukkan oleh ayah dan ibunya. Remaja laki-laki yang mengidentifikasi ayahnya yang maskulin akan menjadi maskulin, begitu juga dengan remaja perempuan jika mengidentifikasi ibunya yang feminin, maka akan menjadi feminin. Hal ini diperkuat oleh pendapat Smart dan Smart (1972) yang menyatakan bahwa semakin kuat remaja mengidentifikasi pada diri ayah, maka anak akan semakin maskulin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar